Senin, 23 November 2009

Jika Anda perhatikan di sekeliling, saya yakin Anda
akan menemukan sejumlah orang yang berprestasi tinggi,
dan menjadi teladan buat orang sekitarnya. Di kantor
misalnya, mungkin Anda akan berjumpa dengan seorang
general manager yang cakap dan pintar membawa diri.
Banyak bawahannya yang berkata, “Bos kita itu punya
karakter kuat”. Di kantor sebelah, Anda juga
mendapati seorang muda, umurnya baru 34 tahun tapi
sudah menduduki singgasana paling top. Sehingga semua
orang menyebutnya, “Si anak hebat”.

Apanya sih yang hebat? Tampaknya mereka mempunyai
motivasi yang kuat, sehingga mampu menjelma menjadi
manusia-manusia hebat. Tanpa itu, mustahil seseorang
bisa menunjukkan kehebatannya. Di arena olahraga
misalnya, seorang Alan Budikusuma dan Susi Susanti
begitu perkasa di ajang Olimpiade Barcelona 1992 lalu,
karena dorongan kuat mengharumkan nama bangsa.
Padahal di arena selain olimpiade, Alan dan Susi masih
sering kalah dari pemain Tiongkok.

Lalu bagaimana cara mendapatkan dorongan yang kuat?
Apakah karena sudah bertemu dengan Anthony Salim
(Motivator No.1, bukan Anthony Robin), maka kita
memiliki dorongan kuat? Pernahkah melihat orang-orang
seperti Eka Cipta Wijaya (masih ingat bos Sinar Mas?)
atau Teguh Ganda Wijaya, atau Henry Katuari, atau
Harry Tanusudibyo berbicara? Mereka begitu penuh
percaya diri, seakan-akan semua orang di dunia ini
dikuasainya. Setiap bait katanya, tidak pernah
menunjukkan keraguan. Apakah bisa mereka memberikan
dorongan yang kuat buat Anda?

Darimana datangnya dorongan yang kuat? Mengapa ada
orang yang tidak pernah terlihat ragu-ragu? Setiap
manusia memiliki dua elemen, yaitu badan dan jiwa.
Ingat pepatah, di dalam badan yang sehat terkandung
jiwa yang kuat. Setiap tindakan fisik seseorang akan
terasa hampa tanpa dukungan jiwanya. Maka, seringkali
seorang pria mengatakan, “Aku mencintaimu sepenuh
jiwa”, kepada kekasihnya. Jiwalah yang sesungguhnya
memberi nilai pada setiap aksi badan manusia. Jiwa
yang juga berarti hati nurani, memberi setiap manusia
semangat hidup yang sesungguhnya, untuk menghadapi
dunia.

Coba Anda pikir, buat apa seorang Mother Theresa,
repot-repot menolong gelandangan yang sekarat. Mau
diapakan sih gelandangan itu? Tidak berguna,
susah-susah diurusin nanti mereka mati juga. Tapi dia
terus menerus membantu kaum papa, yang sebenarnya
tidak memberikan keuntungan materi apapun buatnya.
Padahal Mother Theresa bisa saja menjadi suster kepala
seluruh sekolah di India. Dia juga punya kans menjadi
pejabat tinggi di sana.
Tapi jiwa Mother Theresalah yang bekerja, dan menolong
gelandangan tak berdaya. Jiwa Mother Theresa bisa
menyatu dengan jiwa para gelandangan, jiwa yang
malang. Sehingga jiwa-jiwa itu tidak lagi sendirian,
melainkan berkolaborasi dan membentuk semangat baru.

Saya salut kepada Anda, yang sekarang sudah menduduki
jabatan tinggi, apakah group product manager, atau
general manager atau bahkan president director. Tapi
apakah jabatan itu badan atau jiwa yang melakukan?
Pernahkan Anda memikirkan jiwa? Boleh saja Anda
bangga, “Saya ini GM lho”, atau “Aku ini presdir!”.
Tapi pernahkah Anda berbincang dengan jiwa Anda?
Berakrab-akrab dengan hati nurani? Kalau pernah, atau
bahkan sering, saya yakin, bangsa ini akan bersih dari
kebohongan, dari korupsi, dari pengkhianatan atau
dendam.

Saya harap Anda tidak lagi semakin jauh dengan hati
nurani. Kasihan dia, kesepian di pojok tubuh paling
dalam. Lama kelamaan, dia akan semakin menjauhi badan.
Malang benar nasib hati nurani. Dicuekin. Boro-boro
diurus atau dipelihara, diajak bicara atau berunding
saja tidak pernah. Poor you, jiwa!

Jadi, agar Anda selalu mendapatkan dorongan yang kuat,
seperti Alan dan Susi pada saat bertanding di
Olimpiade, atau seperti Mother Theresa, mintalah pada
hati nurani, pada jiwa Anda. Jadikanlah hati nurani
sebagai pedoman mengarungi samudera luas kehidupan
ini. Sehingga Anda menjadi yakin, merasa bebas, dan
selalu punya pedoman. Tidak terombang-ambing oleh
gelombang jaman dan sebaliknya Anda bisa senantiasa
tersenyum serta berkata lemah lembut. Tidak perlu lagi
menggebrak-gebrak meja sambil berteriak “Ini aku punya
pistol!”.
Tapi cukup dengan berkata, “Ini jiwaku, mana jiwamu?”.

0 komentar :

Testimonial

Makasih ya, pesanan saya sudah sampai.
Tina - Palangkaraya
085252xxx

nastarnya enaaakkk, makasiiihh!
Dewi - Muara Teweh
0812495xxxx

donat kentangnya juga mantap, pesen lagi aahh!
silvia - Muara Teweh
0813489xxxx

kroketnya mana lagi nihh, pengen lagi mbak pesen!
arianty - Muara Teweh
085786xxxx